Cara Cek Hoax ! Agar Tidak Tertipu

Cara Cek Hoax ! Agar Tidak Tertipu

Hoax telah ada sejak zaman kuno, tetapi pertumbuhan internet telah membuat berita palsu semakin agresif terhadap kepentingan tertentu.

Menurut informasi  Kementerian Informasi dan Komunikasi  (Kominfo), sejak pandemi terjadi 1.808 hoaks seputar COVID-19.

Itu baru COVID19, belum lagi hoax politik dan lainnya.

1. Cek fakta di situs scam removal

Ada banyak situs yang memberikan informasi yang dapat diverifikasi. Kominfo dan Turn Back Hoax adalah contohnya.

Untuk berita internasional, Anda juga dapat melihat PolitiFact.com, Hoax Slayer atau Snopes.com. Ini adalah situs web yang memeriksa apakah sebuah cerita benar atau salah.

Anda juga dapat menggunakan fitur Google News untuk mengetahui apakah ada situs berita yang dapat memverifikasi keaslian informasi yang Anda terima.

2. Cek foto di Google Image dan show time

Google  sangat memudahkan kita untuk mencari gambar yang didapat dengan ‘Find Image’. Bisakah Anda menggunakannya untuk mengetahui apakah foto itu asli atau hanya berita utama saat Anda menerima pesan siaran?

Juga, periksa apakah informasinya masih relevan dengan situasi saat ini. Karena banyak hal yang berubah dari waktu ke waktu, terkadang informasi  lama  tidak bisa lagi dijadikan acuan.

3. Memverifikasi Sumber

Keandalan setiap berita atau informasi yang kami terima harus dipastikan bahwa itu berasal dari sumber ahli agar dapat diverifikasi. Ketika sebuah postingan dinamai menurut sumbernya, jika memungkinkan, konfirmasikan orang yang namanya dikutip.

Jika ragu, coba lihat apakah ada sumber lain dengan nama sumber yang sama? Apakah ada berita lain yang mencantumkan nama sumber?

4. Waspadalah terhadap headline yang provokatif

Sangat umum untuk membuat headline yang provokatif dan membawa simbol sensitif atau bahkan ras dan etnis. Apalagi jika Anda memiliki banyak tanda seru atau tanda tanya, lebih baik Anda periksa kembali!

Hoax  sengaja dibuat provokatif mungkin untuk membangkitkan sisi emosional penerimanya sehingga lebih mudah untuk dikonsumsi. Ketika dia menerima pesan, bagian otak yang disebut amigdala menyaringnya terlebih dahulu dan kemudian menentukan apakah dia percaya pesan itu  atau tidak. Amigdala adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengelola kecemasan, ketakutan, dan emosi lainnya.

5. Siapa yang menyebarkannya?

Siapa yang membagikan pesan yang Anda terima saat ini sangat mempengaruhi  kredibilitas informasi. Jika ragu, coba tanyakan kepada pengirim dari mana informasi itu mereka dapatkan. Dia mungkin juga salah satu orang yang terjebak dalam jebakan lelucon.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *